Oleh: Ummu Naflah (Ibu Rumah Tangga, Cikupa,
Tangerang)
Suratmi kini berjuang sendiri membesarkan kelima
anaknya, setelah suaminya Siyono meninggalkan dunia fana setahun yang lalu.
Masih teringat jelas di benaknya peristiwa pahit yang memisahkannya dengan
belahan jiwanya itu.
Tepatnya tanggal 8 Maret 2016, sang suami yang setiap
harinya menjadi guru ngaji diambil paksa oleh Densus 88 Mabes Polri atas
tuduhan terlibat kasus terorisme. Namun, saat dipulangkan Suratmi harus menelan
pil pahit karena jasad suaminya yang ia temui. Di tengah banyaknya
perempuan-perempuan yang lemah akan gemerlap dunia, ia tak terpuruk dan tergoda
dengan iming-iming materi. Suratmi hanya menginginkan keadilan bagi suaminya
yang sampai saat ini tak juga menemukan solusi. Ia hanya meinginkan keadilan
demi anak-anaknya yang kini harus tumbuh tanpa bimbingan dan kasih sayang dari
seorang ayah.
Tiga Karakteristik Muslimah Tangguh
Suratmi juga bukan sosok perempuan cengeng yang
terus-terusan meratapi musibah yang sedang menimpanya. Ia sosok yang tegar dan
terus menghadapi rintangan yang ada di depannya demi memperoleh keadilan yang
seharusnya menjadi miliknya. Sungguh Suratmi adalah sosok perempuan tangguh
yang layak dan patut menjadi teladan bagi kaum muslimah. Bukan hal yang tidak
mungkin apa yang menimpa Suratmi akan menimpa kita di kemudian hari.
Apalagi sebagai seorang muslimah yang istiqomah dalam
mengemban dakwah Islam serta menjadi seorang istri yang juga senantiasa
mendukung suami dalam menyampaikan kebenaran, adalah hal yang alamiah jika
berbagai rintangan yang menghalangi dakwah entah itu fitnah, propaganda dan
penangkapan bahkan kehilangan nyawa akan mewarnai perjalanan kita.
Karena itu kita harus mempersiapkan diri kita untuk
menjadi muslimah yang tangguh untuk menghadapi semua itu. Untuk itu perlu bekal
dan persiapan menjadi seorang muslimah yang tangguh. Pertama, menangis karena tsayat
dan ingat kepada Allah SWT. Dari Abu Raihannah, ia berkata; kami keluar bersama
Rasulullah SAW dalam satu peperangan. Kami mendengar beliau SAW bersabda:
“Neraka diharamkan atas mata yang mengeluarkan air mata karena tsayat kepada
Allah. Neraka diharamkan atas mata yang tidak tidur di jalan Allah.”
Abu Rahainah berkata; Saya lupa yang ketiganya. Tapi
setelahnya saya mendengar beliau bersabda,” Neraka diharamkan atas mata yang
berpaling dari segala yang diharamkan Allah.” ( HR. Ahmad, Al-Hakim dalam kitab
Shahih-nya, disetujui oleh Adz-Dzahabi dan An-Nasai). Tsayat dan menangis
karena Allah SWT akan melapangkan hati kita dan menjadikan jiwa kita tenang,
serta menjauhkan kita dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah SWT,
salah satunya berputus asa dalam menghadapi berbagai ujian.
Kedua, mengharapkan rahmat Allah SWT dan tidak putus
asa dari rahmat-Nya. Suatu keharusan bagi seorang muslim untuk selalu berbaik
sangka kepada Allah SWT. Di antara tanda seorang seorang muslim berbaik sangka
pada Allah SWT adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan dan
pertolongan Allah SWT dalam setiap menemui ujian. Allah SWT memuji orang yang
mengharapkan perkara-perkara tersebut seperti halnya Allah SWT memberikan pujian
bagi orang yang tsayat pada Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang
yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al-Baqarah [2]:
218). Dengan senantiasa mengharapkan dan tidak berputus asa terhadap rahmat
Allah SWT akan memberi energi positif pada diri kita karena setiap masalah
pasti ada solusinya.
Ketiga, sabar menghadapi cobaan dan ridha terhadap
ketentuan Allah SWT. Sabar yang
sebenarnya adalah ketika kita senantiasa menyuarakan kebenaran dan istiqomah
meniti jalan kebenaran. Seorang muslimah yang menetapi kesabaran siap
menanggung resiko penderitaan di jalan Allah karena mengatakan dan mengamalkan
kebenaran tanpa berpaling, bersikap lemah atau lunak sedikit pun. Sebagaimana
sikap Suratmi dalam memperjuangkan keadilan bagi suaminya. Sabar terhadap
cobaan dan ridha terhadap ketentuan Allah SWT akan menuntun kita pada sikap
konsisten untuk selalu berpegang teguh pada Kitabullah, bukan melemparkannya
dengan dalih beratnya cobaan. Sabar seperti inilah yang akan semakin menambah
kedekatan seorang hamba kepada Rabbnya.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketsayatan, kelaparan, jekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepafa orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘ Inna lillahi wa
inna ilaihi raji’un’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (TQS. Al-Baqarah[2]:155-157).
Dengan mengamalkan ketiganya, insya Allah kita dapat
membentuk diri kita menjadi muslimah yang tangguh di jalan-Nya, serta siap
melahirkan generasi Islam yang tangguh dalam membela dan memperjuangkan
tegaknya hukum Allah SWT di atas dunia. Allahu’alam bishshawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar